Senin, 02 April 2012

Sunday...............

Today and everyday, I stand up with happiness ......

Tuhan selalu memiliki rahasia terindah yang di simpannya sebagai anugerah terindah pula untuk seorang manusia, siapaun yang menjauhi rasa benci pasti pun akan di dekatkan dengan anugerahNya. Dia juga memberikan rasa, kemampuan untuk mengingat dan melupakan, kemampuan untuk berfikir dan menjalani sebuah kehidupan.

Ketika itu aku duduk di bangku panjang ruang tunggu stasiun kota, rasanya sudah cukup aku menangis dan membiarkan diriku dijajah rasa sakit dan kecewa. I must not give up, semua yang terjadi tak pantas untuk ku sesali atau aku ungkit lagi sebagai sebuah kesalahan yang begitu menyakitiku. Sementara aku putuskan untuk meninggalkan Malang, aku hanya ingin pergi dan menata kehidupanku lagi untuk beberapa waktu. walaupun berat dan sakit, bagaimanapun aku memang harus melepaskan Nizam  untuk menikah dengan wanita lain pilihan orang tuanya.

Hari itu hari minggu, 12 april, tepat dimana Nizam melangsungkan pernikahannya. Aku telah memastikan bahwa aku tidak akan hadir di sana, aku ingin pergi jauh dari kehidupannya mulai hari itu. Berbekal setitik ketegaran aku ingin membuka lembaran baru dan hidup kembali di kehidupan yang lain, dengan ini aku pasti akan mampu menghapus dan melupakan rasa benci di dalam hatiku.

Kereta menuju Banyuwangi baru akan datang setengah jam lagi, stasiun tidak begitu ramai meskipun hari itu adalah hari minggu. Tas besarku tetap ku letakkan dipangkuanku, hanya itu yang ku bawa untuk waktu yang belum ku tentukan berapa lama untuk pergi. Sesaat, seorang laki - laki dengan sebungkus roti yang di lahapnya sejak tadi menjajariku duduk, penampilannya cukup menarik, tapi aku merasa risih dengan gayanya yang slenge'an. Ia memandangku dan menyodorkan roti yang telah di gigitnya, aku menggeleng. Ku geser letak dudukku lebih jauh darinya, ia tersenyum.

" mbak merasa terganggu?", tanyanya. Aku tak merespon.
" kalau iya saya pergi aja", lanjutnya sambil beringsut dari duduknya.
 " nggak usah...", larangku, ia menoleh kerahku dan membatalkan niatnya untuk pergi. Ia kembali tersenyum, aku salah tingkah.
"mbak mau kemana?".tanyanya lagi masih dengan mulut yang sibuk mengunyah roti.
"Banyuwangi", jawab ku sambil sedikit mengulas senyum untuknya. Ia mengernyitkan dahi sejenak dan kemudian mengangguk - anggukkan kepalanya.
Ia menggodaku dengan menatapku lekat - lekat, aku semakin salah tingkah.
"mbak cantik ya", serunya. Aku memandangnya tak enak.
"saya foto boleh nggak, saya wartawan lo, nanti biar saya masukin ke majalah saya", lanjutnya sambil mengarahkan kamera yang tergantung dilehernya ke arhaku, aku memalingkan badanku dan menutupi sebagian wajahku dengan jilbabku. Ia masih tersenyum dan membatalkan usahanya mengambil gambarku.
"okey", katanya.
Aku sedikit kisruh dengan caranya memperlakukanku.
"mbak kenapa terlihat tegang? apa saya aneh?", tanyanya lagi. Aku diam, laki - laki ini begitu misterius.
"anggap saja saya ini teman lama, karena kita bertemu cuma sekali ini saja", lanjutnya sedikit mendramatisir.
"mengapa mas bicara seperti itu?, bukankah sekarang dunia seakan sempit, jarak bisa di paksa oleh waktu mas...", balasku, ku tatap ramah wajahnya yang memang cukup tampan .
"mbak pantas bicara seperti itu, tapi perasaan tidak bisa dimainkan".
"maksudnya?" tanyaku heran. Dia menggesr letak duduknya menghadap kearahku.
"dari awal saya duduk disini, saya sudah terkesan dengan mbak, saya terkesan dengan wewangian yang mbak kenakan, saya terkesan dengan dua mata indah di bawah alis tebal, saya terkesan dengan wajah mbak yang merona", ucapnya yang sedikit terkesan gombal. Tapi entah mengapa hatiku seperti diberi angin dari tiap kata - kata dan senyum yang selalu mengembang dibibirnya.
"lalu?", tanyaku.
"justru itu saya tidak ingin berkenlan", katanya, aku sedikit  terkejut, dia semakin membuatku penasaran. Refleks ku ulurkan tangan kearahnya.
"Sora", ku sebutkan namanku, dia malah tersenyum, tak disambutnya uluran tanganku, aku semakin heran.
Diangkatnya tangan kanannya dan menggoyangkan sebagai penolakan,ia masih tersenyum.
"nama mas siapa?", tanyaku..
"kalau kita saling kenal dan  tidak lagi bertemu itu hanya menyisakan bayangan".
"mengapa kita tidak berusaha mengenal untuk berusaha bertemu", kataku dengan harapan dari hatiku.
"karena pertemuan  pertama menyisakan rasa penasaran, dan pertemuan kedua akan menyisakan rasa rindu. Dan saya tidak mau merindu", jelasnya tegas.
"maksudnya", aku semakin tak mengerti.
"biar takdir yang mempertemukan kita, saya akan mengingat wajah mbak, kalaupun mbak tidak ingat wajah saya, yang penting saya mengingat nama SORA"
"semoga kita bisa bertemu lagi".
"semoga Allah memberikan yang terbaik buat kita".
"maksudnya???",aku sulit mencerna kata- katanya yang terlalu dilematis
Tiba- tiba suara kereta jurusan Banyuwangi terdengar memasuki stasiun.
 "keretanya datang" serunya.
Aku mencari arah suara kereta, benar saja, kereta buatan tahun 90 an itu sudah nampak mendekat. Ku tolehkan pandanganku kerarah lelaki misterius itu, tapi dia sudah tak ada disana.

Banyak hal penting yang aku temui di hari minggu, hari itu mulai terpikir sebagai hari bersejarah dalam perjalannan hidupku. Jika ada orang yang bertanya tentang "When the special moment in your life?"", aku akan menjawab "On sunday".......

Semua tidak berakhir sampai disitu, Inilah yang ku maksud sebagai rahasia dan anugerah terindah Tuahan, seminggu di banyuwangi, aku menemukan lelaki misterius itu lagi. Aku benar - benar tak menduga bahwa dia adalah seorang ustad di daerah tempat kakek ku tinggal, tempat yang kini ku jadikan tempat reinkarnasi diri.
Aku pun tau, namanya Haikal, aku melihatnya mengimami shalt isya dimasjid. Entah kenapa aku sangat tergerak untuk selalu melihatnya, ada kekaguman tersendiri dalam hatiku terhadapnya. Usai shalat, pertemuan kedua itupun tidak bisa dihindari, aku tersenyum dari kejauhan, ku lihat dia menatapku dengan wajah yang nampak sangat terkejut dan seakan tak menyangka. Aku berdiri menunggu dirinya yang perlahan menghampiriku, senyumnya kembali ku lihat mengembang ketika ia telah berada dihadapanku

"assalamualaikum", ucapnya.
"wa'alaikumsalam", jawabku dengan senyum termanisku.
"hai Haikal..", lanjutku, ia nampak semakin terkejut.
"dariman kamu tahu nama saya Haikal?".
"siapa yang tidak mengenal nama Haika di daerah inil".
"kenapa kamu ada disini", tanya Haikal dengan bianar mata penuh kebahagiaan.
 "karena takdir mempertemukan kita", jawabku pasti. Ia masih tersenyum.
"aku cucunya pak Lukman", lanjutku.
Haikal mengangguk - angguk.
"aku pamit pulang dulu.... assalamualaikum", seruku menucap salam.
"wa'alaikumsalam".

Itu terjadi bertepatan seminggu setelah pertemuan kami di stasiun, tentunya juga hari minggu. mungkin hari minggu adalah hari yang diciptakan Allah sebagai hari kami, hariku dan suamiku, Haikal. Moment spesial yang paling penting juga tak dapat di rencanakan dan dirancang disaat semuanya telah ditetapkan Allah untuk terjadi, tepat hari minggu 20 Mei, Haikal melamarku.

 "sudah beberapa hari ini aku tidak mendengarkanmu tadarus?", tanyanya saat datang kerumahku.
"aku belum lancar membaca Al qur'an", jawabku.
"nannti aku ajarkan".
"aku tidak punya Al qur'an".
"nanti kuberikan milikku untukmu".
kamu serius?".
Haikal mengangguk, sesaat kami terdiam. Kami saling berpandangan.
 "ada satu hal lagi yang ingin ku sampaikan", serunya, wjahnya terlihat serius.
"apa itu Kal?".
"aku menemukan hatiku dalam dirimu".serunya, aku tersipu.
"kalu boleh aku tau, seberapa dalm kau melihatnya?".
"aku tidak bisa melihatnya Sora".
"kenapa?".
"karena terlalu dalam, yang ada hanya ketulusan cinta yang kini hidup di dasar hatimu". seru Haikal, aku tersipu.
"maukah kau menikah denganku?", lanjutnya. Hatiku serasa sangat dingin, air mata haruku merebak dikedua mataku, aku benar - benar merasa sangat beruntung. Dengan pasti, kuanggukkan kepalaku, kami tersenyum bahagia.
"Kal, aku berjanji........ aku akan menjaga kebahagiaan yang telah kamu berikan dalam hidupku". ucapku penuh rasa syukur. Thanks God, You have given me the best day, SUNDAY........