Kalau udah datang musim duren, biasanya aku lebih banyak di dalam kamar dan pake masker setiap keluar rumah. Aggghh.... membayangkan wajah duren yang udah kayak Devil yang mamerin taring - taring tajenya, aku udah ketakutan. Eh, ini bukan trauma loh, bukan karena aku punya pengalaman buruk kejatuhan duren atau kesandung buah duren sampe jatuh dan nabrak panci sup mama. Kata duren mania, musim duren itu moment terpenting dan paling berharga, tapi bagiku, musim duren adalah penderitaan terbesarku.
Seperti saat ini, musim duren datang lagi. Di pasar, di pinggir jalan, buah duri setan itu terlihat bertumpuk - tumpuk seakan - akan menguasai semua sudut kota. Kalau sudah seperti itu, aku mulai menyiapkan masker dan bibit minyak wangi agar aku nggak mencium sedikitpun aromanya yang buat kepalaku nyut - nyutan . Di rumah, aku pun mengunci pintu kamar rapat - rapat, papa, mama, abang,semuanya sampe mbak Minah pembantuku pun penggemar berat duren, hasilnya seisi rumah terkontaminasi aroma duren yang menyiksaku, tak sadarkah mereka. Duren is my Enemy.
"Ara.....Araaa...Araaa", suara mama memanggilku dari luar kamar.
Aku bergegas membuka pintu, mama membawakan bungkusan besar yang aku hafal itu apa.
"Nih, persediaanmu bulan ini.... makan sana, mbak Minah masak ayam betutu", kata mama, aku menerima bungkusan yang di berikan mama yang tak lain adalah persediaan pembalutku. Oh my God, mulut mama menaburkan aroma duren yang menusuk....... masker ku,aduuh... nggak ku pake.
"iiiihhh......bau banget sih mulut mama, abis makan duren lagi ya", kataku sambil menutup hidungku. Mama tertawa.
"ya iya lah Raaa..... musim duren kok nggak makan duren", mama mencolek daguku dan berlalu dari kamarku. Secepatnya ku tutup lagi pintu kamarku, aku terengah - engah di belakang pintu, ....duren sialan.
Paranoidku terhadap duren udah terjadi sejak aku masih kecil, dari lahir kali ya... nggak tau kenapa tubuhku nggak bisa menerima kehadiran duren dengan baik. Baru cium aromanya aja udah keliengan, apalagi makan, mati kali ya..... Untuk aku aja nih, duren itu ibaratnya racun yang punya keganasan tingkat tinggi untuk membunuh sel -sel darah di tubuhku.
Daripada mikirin duren, lebih baik online aja deh. Koneksi emang agak lemot kalau lagi hujan gini, tapi aku tungguin aja sambil dengerin mp3 lagu - lagunya Celena Gomes yang jadi soundtrack filmya di Another Cinderela Story.
Ups, kayaknya ada satu pemberitahuan.....
"Reza D'rezim mengirimkan sesuatu ke kronologi anda".
Girang deh, daripada kelamaan penasaran buru - buru aja aku klik buat ngeliat apa yang ditulis Reza.
"Ra, besok malem ikut aku ke acara sepupu aku ya..... please banget.....". bunyi tulisan Reza.
Oh my God.... Reza ngajakin aku ke acara keluarganya, mimpi nggak ya..... beneran nggak sih....
"aaaaaaaa........,yes...yes", teriakku girang, langsung aja aku balas postingan Reza.
"Oke deh, konfirmasi aja jam berapa acaranya....".
ENTER.
Cihuuuuy, hatiku berflower - flower, gimana nggak, secara aku ngefans berat sama Reza. Itu lo Reza anak BEM yang juga pegang kepengurusan band kampus. Aku sama Reza emang udah kenal sjak SMA sih, papanya Reza kan teman papaku juga, kalau main bareng sih sering, tapi kalau keacara keluarga,........ini kesempatan pertama, emas banget.
Semaleman nggak bisa tidur, agak melupakan duren nih, yang ada sekarang bayangin gimana kumpul sama keluarganya Reza besok malem. Gimana kalau besok Reza nembak aku, gimana kalau besok Reza ngenalin aku sebagai pacarnya gitu, aku senyum - senyum sendiri, Reza... Reza...my love..... Ketiduran sampe mimpi - mimpi.... Reza.......
"Ha... Reza ngajakin kamu ke acara sepupunya?", tanya Kiki histeris, sambil melotot gitu, tambah gede aja matanya yang udah mirip banget sama mata sapi, celaknya melingkar, item banget. Kelas udah sepi, dosen nggak datang, jadi anak - anak pada bubar sendiri - sendiri.
"nggak percaya kaaannn...iri kaaannn", godaku sambil senyum - senyum bangga
"hebat banget..... kok bsa ya?"
"ya bisa lah......eh - eh, nanti aku pake baju apa ya Ki bagusnya?",kataku sambil sok mikir/.
"pake baju merah yang di beliin mamamu dari Jogja aja Ra...", saran Kiki.
"iya ya, kayaknya itu juga bajuku yang the best deh...", aku setuju.
Malamnya, Reza menjemputku tepat jam 7 malam dengan mobilnya. Tampilanku malam ini ku buat seperfect mungkin, biar Reza nggak nyesel dan bangga bawa aku ke acara keluarganya itu Bener aja , baru hadap - hadapn di pintu rumah dia udah melayangkan gombalan ke aku.
"kamu cantik banget Ra..."
Aku senyum- senyum kegeeran, emang aku cantik kaleee.....
Agak deg - degan juga satu mobil berdua sama Reza, nih cowok wangi banget. Aku udah ngebayangin gimana nanti aku jadi pusat perhatian karena jadi pasangannya Reza, aku usaha aja nyiapin kata - kata yang banyak dan rapi buat persiapan, hehehe
Rumah sepupu Reza gedeee ... banget, udah rame sih waktu kita berdua datang, aku yang udah terlatih pake high heels berusaha mempertahankan keanggunan ku di hadapan keluarganya Reza. Kami langsung masuk dan mbergabung di acara keluarga itu, aku langsung mundur satu langkah ketika di hadapanku bertumpuk sekitar 30 han duren besar - besar. huuuuhhhhh, kenapa mesti duren lagi sih...
"ayo duduk Ra....", ajak Reza.
Aroma duren itu mulai menyeruak di hidungku, kayaknya kepalaku mulai pusing deh.....
"ini acara apaan sih Za?", tanyaku dengan ekspresi datar.
"acara pesta duren....", jawab Reza sambil tersenyum.
PESTA DUREN!!!!, aku tahan aja semua gejolak dalam tubuhku. Perutku mual - mual, tapi aku nggak mungkin ngerusak acaranya Reza karena alergiku yang aneh ini. Aku mulai nggak konsen ketika acara di mulai, duren - duren udah pada di belah, karena perasaanku yang udah super nggak enak, bicaraku sedikit, udah nggak ku pikirin gimana judgement keluarganya Reza buat aku.
"Nih Ra, buat kamu...", kata Reza sambil menyerahkan sebiji duren. Aku gugup, aku makan duren?
Nggak mau mengecewakan Reza dan merusak ambisiku, aku terima aja duren yang diambil langsung dengan tangannya Reza. Ragu - ragu aku mendekatkan sebiji duren untuk pertama kali kemulutku, daaannnn....satu gigit, ku kunyah, perasaanku semakin buruk...... kok jadi panas dingin ya Untuk kunyahan ketiga, mataku banyak kunang - kunangnya, ahhhhh gelaap....kaayaknya aku udah nggak sanggup lagi..........
Bruuuukk....aku pingsan,nggak sadar, KERACUNAN.
Sabtu, 04 Februari 2012
Rabu, 01 Februari 2012
cinta untuk nila
Sejak tadi pagi Nila tidak mau membuka pintu kamarnya untuk ku, aku bingung dengan keadaan ini. Nila adalah adikku satu - satunya, keluarga yang ku miliki selain ayah. Kreeeekkk...... pintu kamar Nila terbuka, Nila keluar dengan kursi rodanya, dia sama sekali tidak mau memandangku yang hanya terduduk di sofa ruang tengah yang tepat berada di depan kamarnya. Kami seperti dua orang yang tidak saling mengenal. Susah payah Nila membawa segelas jus apel ditangannya, tangan kirinya memutar roda kursi rodanya, aku hanya memandangnya khawatir.
"aaaw...." teriaknya ketika kakinya menabrak pintu, kursi rodanya bukan motor yang memiliki rem cakram sehingga sulit baginya mengontrol kecepatan.
Aku refleks beranjak dan berlari bermaksud membantunya, dia menepis tanganku di bahunya. Aku tercengang, begitu marahkah Nila padaku. Ia berhasil masuk kamar dan menguncinya. Aku masih tertegun di sisi pintu kamarnya, aku menangis.
"Dela...... kita harus bicara dengan Nila,nggak seharusnya dia bersikap seperti itu terhadapmu..", seru Beny kekasihku, ia mengelus rambutku.
"tapi ini salahku Ben, dia mencintaimu dan aku merenggutmu darinya",
"dengar Dela, kita saling mencintai..... ini bukan salahmu, nggak ada yang tau tentang perasaannya padaku, Nila keliru Del".
"aku sudah banyak menyusahkan dan membuatnya menderita Ben, Nila cacat karena aku, sekarang aku membuatnya patah hati...". Aku memandang Beny layu, Beny membalasnya dengan pandangan bijaksana, aku begitu mencintainya.
"kecelakaan itu bukan keinginanmu, siapa yang ingin mendpatkan musibah..."
"aku bingung Ben, aku bingung...."
"biar aku bicara padanya..."
"bicara apa Ben?"
"aku akan katakan kalau aku mencintaimu dan dia tidak boleh seperti ini.."
"Ben......aku mohon jangan, kasihan Nila.......", pintaku, aku menggenggam tangan Beny, air mataku terasa asin.
"lalu bagaimana Dela..... apa kamu mau terus - terusan dengan keadaan seperti ini?".
"apakah kamu benar - benar mencintaiku?', tanyaku, ku seka air mataku, Ben tersenyum.
"apa aku harus mengulangnya beribu - ribu kali, aku sangat mencintaimu Dela", jawab Beny sambil memegang sebelah pipiku.
"maukah kamu melakukan sesuatu untukku?', tanyaku lagi, Beny agak heran.
"apa sayang?"
"temuilah Nila, cintai dia dan lupakan aku...", seruku penuh kegetiran.
"apa!!!!...itu nggak mungkin Del...... aku nggak mencintai dia......", suara Beny meninggi.
"tapi Nila terluka dengan semua ini Ben.."
"apakah kamu pikir aku tidak akan terluka dengan keinginanmu itu, apakah kamu juga tidak akan terluka... aku hanya mencintaimu....", ungkap Beny meyakinkanku.
Tangisku tumpah di dada Beny. Aku sangat menyayangi Nila, aku juga telah sering membuatnya menderita. Nila lumpuh karena sebuah kecelakaan yang juga merenggut nyawa ibu, ketika itu akulah yang mengemudi mobil. Seharusnya aku yang duduk di kursi roda atau menggantikan nyawa ibu. Aku hanya mengalami luka ringan, tapi dua orang yang amt ku syangi itu harus menanggung akibat dari kecerobohanku.
Aku dan beny, kami adalah teman sejak SMU, kami saling mencintai dan meresmikan hubungn kami satu minggu yang lalu. Nila mengenal Beny, Beny sering datang kerumahku. Pukulan godam besar itu menghujamku, ketika Nila tau bahwa aku dan Beny telah menjalin cinta, dan saat itu aku juga tau bahwa Nila selama ini juga sangat mencintai Beny, ia menangis di hadapan ku ketika itu, aku telah melukainya lagi.
Dikantor, aku lebih banyak diam. Keadaan ini sangat tidak nyaman untukku, aku masih memikirkan Nila. Aku harus memilih, mana mungkin aku menukar perasaan Nila dengan cintaku kepada Beny. Aku tidak ingin menyakiti adikku lagi, aku ingin mmeluknya lagi seperti dhari lalu.
Ketika memasuki halaman rumah, aku melihat mobil Beny berada disana, apa yang dilakukannya disini. Aku segera memsaki rumah dengan perasaan yang tak menentu. ku cari Nila dan Beny, dan ku temukan mereka di taman belakang. Aku mematung dengan jarak satu meter dari mereka, mereka memandangku, aku lihat Nila menangis. Beberapa saat saling terdiam, aku tersentak ketika Nila memacu rodanya menemuiku, ia membentangkan tangannya. Aku merendahkan tubuhku untuk memeluknya.
"ma'afkan Nila kak....", seru Nila diantara tangisnya.
"kakak yang harus meminta ma'af padamu Nila", responku juga dengan air mata yang mulai turun dipipiku.
"nggak seharusnya Nila membuat kakak sedih..... kak Beny pantas bersama kakak,dia hanya mencintai kakak'.
"tidak Nila, kakak tidak akan membuatmu terluka lagi..."
"Nila rela kak..... Nila sudah salah bersikap buruk terhadap kakak".
Aku memandang wajah Nila lekat - lekat, ia tersenyum.
"Temui kak Beny kak... dia sangat membutuhkan kakak , lebih dari Nila membutuhkan dia... tanpa harus mengorbankan cinta kakak dan kak Beny pun Nila sudah merasa mendapatkan cinta yang besar sebagai adik dari kalian berdua".
Tangisku tumpah, hatiku begitu terharu dengan sikap Nila, aku memelukya erat. Aku mengangkat wajahku dan ku pandang Beny yang masih berjongkok disana. Beny tersenyum dan dengan tegas berkata lantang.
"menikahlah denganku Dela....".
"aaaw...." teriaknya ketika kakinya menabrak pintu, kursi rodanya bukan motor yang memiliki rem cakram sehingga sulit baginya mengontrol kecepatan.
Aku refleks beranjak dan berlari bermaksud membantunya, dia menepis tanganku di bahunya. Aku tercengang, begitu marahkah Nila padaku. Ia berhasil masuk kamar dan menguncinya. Aku masih tertegun di sisi pintu kamarnya, aku menangis.
"Dela...... kita harus bicara dengan Nila,nggak seharusnya dia bersikap seperti itu terhadapmu..", seru Beny kekasihku, ia mengelus rambutku.
"tapi ini salahku Ben, dia mencintaimu dan aku merenggutmu darinya",
"dengar Dela, kita saling mencintai..... ini bukan salahmu, nggak ada yang tau tentang perasaannya padaku, Nila keliru Del".
"aku sudah banyak menyusahkan dan membuatnya menderita Ben, Nila cacat karena aku, sekarang aku membuatnya patah hati...". Aku memandang Beny layu, Beny membalasnya dengan pandangan bijaksana, aku begitu mencintainya.
"kecelakaan itu bukan keinginanmu, siapa yang ingin mendpatkan musibah..."
"aku bingung Ben, aku bingung...."
"biar aku bicara padanya..."
"bicara apa Ben?"
"aku akan katakan kalau aku mencintaimu dan dia tidak boleh seperti ini.."
"Ben......aku mohon jangan, kasihan Nila.......", pintaku, aku menggenggam tangan Beny, air mataku terasa asin.
"lalu bagaimana Dela..... apa kamu mau terus - terusan dengan keadaan seperti ini?".
"apakah kamu benar - benar mencintaiku?', tanyaku, ku seka air mataku, Ben tersenyum.
"apa aku harus mengulangnya beribu - ribu kali, aku sangat mencintaimu Dela", jawab Beny sambil memegang sebelah pipiku.
"maukah kamu melakukan sesuatu untukku?', tanyaku lagi, Beny agak heran.
"apa sayang?"
"temuilah Nila, cintai dia dan lupakan aku...", seruku penuh kegetiran.
"apa!!!!...itu nggak mungkin Del...... aku nggak mencintai dia......", suara Beny meninggi.
"tapi Nila terluka dengan semua ini Ben.."
"apakah kamu pikir aku tidak akan terluka dengan keinginanmu itu, apakah kamu juga tidak akan terluka... aku hanya mencintaimu....", ungkap Beny meyakinkanku.
Tangisku tumpah di dada Beny. Aku sangat menyayangi Nila, aku juga telah sering membuatnya menderita. Nila lumpuh karena sebuah kecelakaan yang juga merenggut nyawa ibu, ketika itu akulah yang mengemudi mobil. Seharusnya aku yang duduk di kursi roda atau menggantikan nyawa ibu. Aku hanya mengalami luka ringan, tapi dua orang yang amt ku syangi itu harus menanggung akibat dari kecerobohanku.
Aku dan beny, kami adalah teman sejak SMU, kami saling mencintai dan meresmikan hubungn kami satu minggu yang lalu. Nila mengenal Beny, Beny sering datang kerumahku. Pukulan godam besar itu menghujamku, ketika Nila tau bahwa aku dan Beny telah menjalin cinta, dan saat itu aku juga tau bahwa Nila selama ini juga sangat mencintai Beny, ia menangis di hadapan ku ketika itu, aku telah melukainya lagi.
Dikantor, aku lebih banyak diam. Keadaan ini sangat tidak nyaman untukku, aku masih memikirkan Nila. Aku harus memilih, mana mungkin aku menukar perasaan Nila dengan cintaku kepada Beny. Aku tidak ingin menyakiti adikku lagi, aku ingin mmeluknya lagi seperti dhari lalu.
Ketika memasuki halaman rumah, aku melihat mobil Beny berada disana, apa yang dilakukannya disini. Aku segera memsaki rumah dengan perasaan yang tak menentu. ku cari Nila dan Beny, dan ku temukan mereka di taman belakang. Aku mematung dengan jarak satu meter dari mereka, mereka memandangku, aku lihat Nila menangis. Beberapa saat saling terdiam, aku tersentak ketika Nila memacu rodanya menemuiku, ia membentangkan tangannya. Aku merendahkan tubuhku untuk memeluknya.
"ma'afkan Nila kak....", seru Nila diantara tangisnya.
"kakak yang harus meminta ma'af padamu Nila", responku juga dengan air mata yang mulai turun dipipiku.
"nggak seharusnya Nila membuat kakak sedih..... kak Beny pantas bersama kakak,dia hanya mencintai kakak'.
"tidak Nila, kakak tidak akan membuatmu terluka lagi..."
"Nila rela kak..... Nila sudah salah bersikap buruk terhadap kakak".
Aku memandang wajah Nila lekat - lekat, ia tersenyum.
"Temui kak Beny kak... dia sangat membutuhkan kakak , lebih dari Nila membutuhkan dia... tanpa harus mengorbankan cinta kakak dan kak Beny pun Nila sudah merasa mendapatkan cinta yang besar sebagai adik dari kalian berdua".
Tangisku tumpah, hatiku begitu terharu dengan sikap Nila, aku memelukya erat. Aku mengangkat wajahku dan ku pandang Beny yang masih berjongkok disana. Beny tersenyum dan dengan tegas berkata lantang.
"menikahlah denganku Dela....".
Langganan:
Postingan (Atom)