Sejak tadi pagi Nila tidak mau membuka pintu kamarnya untuk ku, aku bingung dengan keadaan ini. Nila adalah adikku satu - satunya, keluarga yang ku miliki selain ayah. Kreeeekkk...... pintu kamar Nila terbuka, Nila keluar dengan kursi rodanya, dia sama sekali tidak mau memandangku yang hanya terduduk di sofa ruang tengah yang tepat berada di depan kamarnya. Kami seperti dua orang yang tidak saling mengenal. Susah payah Nila membawa segelas jus apel ditangannya, tangan kirinya memutar roda kursi rodanya, aku hanya memandangnya khawatir.
"aaaw...." teriaknya ketika kakinya menabrak pintu, kursi rodanya bukan motor yang memiliki rem cakram sehingga sulit baginya mengontrol kecepatan.
Aku refleks beranjak dan berlari bermaksud membantunya, dia menepis tanganku di bahunya. Aku tercengang, begitu marahkah Nila padaku. Ia berhasil masuk kamar dan menguncinya. Aku masih tertegun di sisi pintu kamarnya, aku menangis.
"Dela...... kita harus bicara dengan Nila,nggak seharusnya dia bersikap seperti itu terhadapmu..", seru Beny kekasihku, ia mengelus rambutku.
"tapi ini salahku Ben, dia mencintaimu dan aku merenggutmu darinya",
"dengar Dela, kita saling mencintai..... ini bukan salahmu, nggak ada yang tau tentang perasaannya padaku, Nila keliru Del".
"aku sudah banyak menyusahkan dan membuatnya menderita Ben, Nila cacat karena aku, sekarang aku membuatnya patah hati...". Aku memandang Beny layu, Beny membalasnya dengan pandangan bijaksana, aku begitu mencintainya.
"kecelakaan itu bukan keinginanmu, siapa yang ingin mendpatkan musibah..."
"aku bingung Ben, aku bingung...."
"biar aku bicara padanya..."
"bicara apa Ben?"
"aku akan katakan kalau aku mencintaimu dan dia tidak boleh seperti ini.."
"Ben......aku mohon jangan, kasihan Nila.......", pintaku, aku menggenggam tangan Beny, air mataku terasa asin.
"lalu bagaimana Dela..... apa kamu mau terus - terusan dengan keadaan seperti ini?".
"apakah kamu benar - benar mencintaiku?', tanyaku, ku seka air mataku, Ben tersenyum.
"apa aku harus mengulangnya beribu - ribu kali, aku sangat mencintaimu Dela", jawab Beny sambil memegang sebelah pipiku.
"maukah kamu melakukan sesuatu untukku?', tanyaku lagi, Beny agak heran.
"apa sayang?"
"temuilah Nila, cintai dia dan lupakan aku...", seruku penuh kegetiran.
"apa!!!!...itu nggak mungkin Del...... aku nggak mencintai dia......", suara Beny meninggi.
"tapi Nila terluka dengan semua ini Ben.."
"apakah kamu pikir aku tidak akan terluka dengan keinginanmu itu, apakah kamu juga tidak akan terluka... aku hanya mencintaimu....", ungkap Beny meyakinkanku.
Tangisku tumpah di dada Beny. Aku sangat menyayangi Nila, aku juga telah sering membuatnya menderita. Nila lumpuh karena sebuah kecelakaan yang juga merenggut nyawa ibu, ketika itu akulah yang mengemudi mobil. Seharusnya aku yang duduk di kursi roda atau menggantikan nyawa ibu. Aku hanya mengalami luka ringan, tapi dua orang yang amt ku syangi itu harus menanggung akibat dari kecerobohanku.
Aku dan beny, kami adalah teman sejak SMU, kami saling mencintai dan meresmikan hubungn kami satu minggu yang lalu. Nila mengenal Beny, Beny sering datang kerumahku. Pukulan godam besar itu menghujamku, ketika Nila tau bahwa aku dan Beny telah menjalin cinta, dan saat itu aku juga tau bahwa Nila selama ini juga sangat mencintai Beny, ia menangis di hadapan ku ketika itu, aku telah melukainya lagi.
Dikantor, aku lebih banyak diam. Keadaan ini sangat tidak nyaman untukku, aku masih memikirkan Nila. Aku harus memilih, mana mungkin aku menukar perasaan Nila dengan cintaku kepada Beny. Aku tidak ingin menyakiti adikku lagi, aku ingin mmeluknya lagi seperti dhari lalu.
Ketika memasuki halaman rumah, aku melihat mobil Beny berada disana, apa yang dilakukannya disini. Aku segera memsaki rumah dengan perasaan yang tak menentu. ku cari Nila dan Beny, dan ku temukan mereka di taman belakang. Aku mematung dengan jarak satu meter dari mereka, mereka memandangku, aku lihat Nila menangis. Beberapa saat saling terdiam, aku tersentak ketika Nila memacu rodanya menemuiku, ia membentangkan tangannya. Aku merendahkan tubuhku untuk memeluknya.
"ma'afkan Nila kak....", seru Nila diantara tangisnya.
"kakak yang harus meminta ma'af padamu Nila", responku juga dengan air mata yang mulai turun dipipiku.
"nggak seharusnya Nila membuat kakak sedih..... kak Beny pantas bersama kakak,dia hanya mencintai kakak'.
"tidak Nila, kakak tidak akan membuatmu terluka lagi..."
"Nila rela kak..... Nila sudah salah bersikap buruk terhadap kakak".
Aku memandang wajah Nila lekat - lekat, ia tersenyum.
"Temui kak Beny kak... dia sangat membutuhkan kakak , lebih dari Nila membutuhkan dia... tanpa harus mengorbankan cinta kakak dan kak Beny pun Nila sudah merasa mendapatkan cinta yang besar sebagai adik dari kalian berdua".
Tangisku tumpah, hatiku begitu terharu dengan sikap Nila, aku memelukya erat. Aku mengangkat wajahku dan ku pandang Beny yang masih berjongkok disana. Beny tersenyum dan dengan tegas berkata lantang.
"menikahlah denganku Dela....".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar