Jumat, 20 Januari 2012

kamboja putih

Mendung - mendung itu masih setia menyelimuti langit kota Solo. Harum bunga kamboja menambah kerinduan ku pada Mbak yu, kakak ku satu - satunya yang cantik dan baik budinya. Tak terasa titik demi titik air mata ku turun di pipi ku, terhitung sudah 1000 hari ia pergi meninggalkan kehidupan dunia yang penuh kemnafikan, kedengkian dan kemarahan. Aku menaburkan bunga - bunga dan memandikan pusaranya, betapa aku bangga memiliki seorag kakak yang saleha dan menyayangi ku seperti dia "Siti Kirani Nurafifah".

Betapapun semasa hidupnya mbak yu tidak pernah tinggal serumah dengan ku, tetapi bagiku dia adalah seorang kakak yang mampu sekaligus menjadi guru untukku. Mbak yu menyelesaikan study nya di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, kepandaian dan keluesannya dalam berbicara membawanya menjadi seorang aktifis yang peka dan peduli kepada kondisi sosial. Mbak yu adalah wanita yang berjiwa besar.

Bersama kerudung lebarnya ia sering berorasi dan berpanas - panasan di perkotaan, demi membela dan memperjuangkan keinginan rakyat. Tapi dia tetap wanita yang halus, berkali - kali ia sempat mengirimi ku baju jahitan sendiri, sesekali ketika ia mampir ke solo, kami memasak bersama dan membuat kue salju . Namun di usianya yang sudah menginjak angka 29 tahun, belum juga ada seorang  pria yang datang padanya, mbak yu selalu menyikapinya dengan tenang. Hanya ayah yang terlalu khawatir padanya.

"jodoh sudah ada yang mengatur ayah, kita cuma bisa bertawakal", ucapnya ketika berkunjung ke Solo waktu itu. Ayah mendudukannya diruang keluarga, ada aku pula disana.

"Tapi ini sudah saatnya nduk....., mana mungkin anak seorang pensiunan tentara jadi perawan tua".

"nggeh ayah, Rani mengerti akan kekhawatiran ayah,....". mbak yu menunduk, dia tidak pernah berani menatap wajah orang tua ketika sedang berbicara, sebagai tanda kesopanan dan rasa hormatnya.

"Ayah akan carikan jodoh untuk kamu...."

Keputusan ayah untuk mencarikan pasangan yang baik untuknya ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Yuda seorang sarjana ekonomi yang bekerja di kantor perpajakan, ditolakknya karena terlalu silau pada dunia, mendewakan materi, dan keluarganya yang kaya raya dan tak habis dimakan tujuh turunan itu. Fathir, pemuda yang lulus dari Perth University, yang tampangnya seperti  artis hollywood dan dengan mobil verary mengkilat, mbak yu kembali menolak.

"tangan dan matanya tidak terkontrol ayah".

Selanjutnya Tomi, seorang putra kepala desa, anak teman masa kecil ayah, lagi - lagi mbak yu menggeleng.

"dia tidak menghargai wanita ayah".

Ayah sampai terlihat lelah, entah apa yang dicari oleh mbak yu ku itu. Suatu ketika kami ngobrol via telepon, tak sengaja ia menceritakan bagaimana ia menemukan seseorang yang agung di hatinya pada separuh obrolan panjang kami.

"namanya Hanif dek, aktifis hukum.... dari Kairo, aslinya jogja sih....."., ceritanya.

"o ya, terus gimna mbak yu? ganteng nggak?", tanya ku ingin tahu.

"Ya nggak seganteng kandidat - kandidat yang dtawarkan ayah", jawabnya . kami tertawa.

"emangnya mbak kenal dimana?".

"ada acara kampus, nggak sengaja dikenalin sama temen..... kapan - kapan kalau kamu ke jgja mbak kenalin..".

"iya deh, minggu depan aku ke jogja".

Ketika tiba di Yogyakarta pada libur akhir pekan ku, itulah pertama kalinya aku mengenal sosok mas Hanif., sangat berwibawa, wajahnya lumayan tampan dan mudah sekali berinteraksi denganku. Tapi aku cukup terkejut karena sangat jelas bahwa pria itu tidak cukup sempurna.

"mas Hanif waktu kecil kena polio dek, makanya kakinya cacat....", jelas mbak yu saat tiba dkontrakannya sepeninggal mas Hanif.

"mbak yakin?", tanya ku ragu.

"mbak pikir cukup yakin".

"maksud ku, apa mbak yakin ayah setuju?".

"mbak belum bicara, nantii aja deh".

Hasilnya, malam itu dengan nada keras ayah melarang mbak yu memilih mas Hanif ketika ia menceritakan tentang pilihannya pada ayah melalui telepon, aku ikut menangis.

"apa yang kamu pikirkan Rani, seorang pengurus LSM..... dikasih makan apa kamu?", ayah sedikit meninggikan suaranya.

"ayah, mas Hanif punya iman.... dan saya merasa dia adalah pilihan terakhir saya yang paling tepat"

"kamu itu mbok yo ojo keblinger to Ran...... apa cukup berumah tangga makan dengan cinta?"

"Allah sudah mengatur rejeki setiap orang yah, Rani sangat ingin pengertian ayah....".

"tidak, kalau kamu tetap menikah dengan laki - laki itu, kamu bukan anak ayah lagi", bentak ayah dan sambungan telepon terputus. Mbak yu menangis.

"mbak yu..... pkirkan dulu yang paling baik",

"ketika datang kepada seorang wanita, seorang laki - laki yang tidak diragukan lagi keimanannya, apakah pantas wanita itu menolaknya, sedangkan Allah telah menyiapkan bidadari yang cantik jelita dsurga baginya, apakah wanita itu merasa lebih cantik dari bidadari - bidadari itu hingga berani menolaknya?". ucap mbak yu, aku terpekur.

Dua bulan proses ta'arufnya, mbak yu kembali menelpon ayah, kali ini aku hanya bisa diam melihat kemarahan ayh, seisi rumah pun hanya bisa diam, tidak ada yang berani melawan kehendak ayah yang memang sangat keras dalam keluarga.

"baik, silahkan kalau kamu memang mau menikah, tapi jangan berharap bahwa ayah dan semua keluarga menghadirinya".

Keputusan ayah mungkin sangat tidak adil bagi mbak yu, tapi ia menerima keputusan ayah sebagai pilihan hidupnya. Mbak yu menikah dengan wali hakim, yang sudah diberi amanah oleh ayah. Benar saja, ayah tidak menghadiri pernikahan itu, beliau pun tidak mengijinkan satu orangpun dari anggota keluarga untuk menghadirinya, termasuk aku. Aku hanya bisa mengucapkan kata selamat melalui teleopon kepada mbak yu dan mas Hanif. Dari suaranya yang begitu tegar di telepon, aku yang tidak bisa menahan rasa haru ku atas ketabahan kakakku itu.

Sejak itu, mbak yu tidak pernah datang ke solo lagi. Ayah melarangnya, aku pun hanya bisa menghubunginya via telepon atau internet. Walaupun tidak pernah bertemu, kami tetap sering bercerita dan berbagi. Mbak yu terlihat sangat bahagia bersama mas Hanif. Mas Hanif adalah lelaki yang saleh, mbak yu pernah bilang bahwa mas Haniflah yang selalu hadir dalam istikharahnya. Tiga bulan berselag, mbak yu mengabrkan berita kehamilannya. Berita itu pun sampai ditelinga ayah,dan betapa bahagianya kami ketika ayah malah menyuruh mbak yu untuk datang ke solo.

"Iza, bilanglah pada mbak yu mu, datanglah kemari.....'

Mendengar itu, aku pun segera mengabari mbak yu.... mbak yu sngat bersedia dan megucap syukur berkali - kali atas datangnya undangan ayah yang tak diduga - duga.

Saat itu mbak yu hanya datang sendiri bersama album foto pernikahannya yang rencananya akan ditunjukkannya pada ayah. Mas Hanif sedng sibuk mengurusi kerja sosialnya. Bukannya kehangatan dan sambutan baik yang didapat mbak yu ketika tiba disana, ayah semakin berang setelah melihat foto pernikahan dan mengetahui bagaimana kondisi fisik mas Hanif.

"seperti ini lelaki yang kau nikahi!", dibantingnya album foto besar kelantai, ayah membelalak.

"Dia suami Rani ayah..... tolong ayah jangan menghinanya....", pinta mbak yu sambil menangis sesenggukan.

"bagaimana kamu bilang kamu bahagia menikah dengan laki - laki cacat dan tidak punya apa - apa, sekarang mana dia, apa pentingnya kerja sosial, apa dia tidak memikirkan dirinya sendiri seperti apa!", hardik ayah, kemarahan ayah begitu meledak dan ayah tidak menghendaki mbak yu kembali ke Yogyakarta.
Dalam kondisinya yang sedang hamil muda, mbak yu sangat terpukul menerima perlakuan ayah.

Sebagai seorang suami, mas Hanif memiliki hak untuk membawa kembali istrinya. Dan untuk pertama kalinya ia datang ke Solo, ayah menyambutnya dengan sikap bermusuhan, mas Hanif menanggapi dan menghadapinya dngan bijak.

Setelah melewati berbagai cacian dan makian dari ayah, akhirnya ayah membiarkan mbak yu di bawa kembali oleh suaminya. Aku sangat sedih melihat nasib kakak ku, dia sedang sakit. Ingin rasanya aku ikut ke jogja, tapi mana mungkin ayah memberikan ijin itu kepada ku. Mbak yu sngat menghormati ayah, tapi dia juga sangat patuh kepada suaminya, semasa hamil ia sengaja lebih sering menyempatkan waktu ke solo. Kondisi mbak yu tidaklah sangat baik, tubuhnya kurus, mungkin ia lelah harus bolak balik jogja solo tiap saat dengan perut yang semakin membesar.

Ayah masih bersikeras memisahkan mbak yu dengan suaminya, nmpaknya hatinya terlalu kaku untuk menerima pernikahan mbak yu. Suatu ketika, dengan embawa surat cerai ayah datang ke yogyakarta. Dengan segala upaya mbak yu menolak untuk menceraikan mas Hanif, tapi ayah yang sudah sangat berambisi memisahkan dua orang yang saling mencintai itu tetap kukuh membawa mbak yu pergi selamanya dari suaminya. Mas Hanif yang tidak berdaya itu telah habis babak belur digebuki dua orang algojo ayah. Mbak yu bersujud - sujud di kaki ayah, semuanya terhenti ketika mbak yu berhasil terjatuh dan mengalami pendarahan hebat.

Aku memeluk tubuh yang ringkih di dalam ambulance. Darah berceceran membasahi jilbab nya yang lebar, aku tak kuasa menahan hati ku.  Kandungan yang baru beruia delapan bulan itu dipaksa selesai, mbak yu sempat menjalani operasi namn bayi mungilnya telah meninggal beberapa jam sebelumnya. Kenyataan yang lebih pahit itu terjadi ketika akhirnya mbak yu pun pergi bersama putranya sesaat kemudian.

Ku lihat guratan senyum di wajah terakhir yang pucat pasi itu, aromanya wangi seperti kamboja putih. Ini adalah syahid, baru syahidmu yang pertama mbak yu, kau sudah pergi meniggalkan dunia yang tak pernah adil bagimu. Aku menyeka air mata ku yang tak bisa ku bendung lagi. Ku tutupi wajahnya yang tampak semakin cantik itu sebagai salam terakhir untukknya.

Senja menampakkan perak cahayanya, di langit berarak awan - awan tembaga yang menyilaukan mata. Aku masih tersenyum untuknya, senyum paling ikhlas yang pernah ku berikan. Ku usap pusaranya dan kukirimkan doa - do'a untuk kakak ku satu - satunya. Mbak yu, semoga kau menemukan kebahagiaan abadi di syurga.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar